Seberapa sadarkah dengan mental healt temen-temen, kali ini ancaman serius ada di kesehatan psikis. Di mana tradisi atau budaya anak-anak, remaja, emak-emak (kampung) tidak jauh dari pendekatan dengan perkataan yang tidak senonok untuk di ucapkan di publik. Namun, bagaimana lagi itu sudah menjadi cikal bakal masyarakat di zaman modern ini untuk memberi bumbu bahasa percakapan dalam pembahasan kumpul-kumpul. Dan ini tidak lagi ditutupi dan tidak perlu munafik dengan adanya pembullyan yang kerap di lakukan kepada lawan bicaranya. Yang seolah-olah perbuatan tersebut hanya sebagai stay up comedi.
Foto: SatuPersen
Sejarah Singkat Penetapan Peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia
Seberapa sering temen-temen menjumpai perkataan yang di luar etika berbicara? Maka dari itu penulis ingin mengangkat tema yang menurut penulis krusial di awak media penulisan, yakni "Pentingkah Kesehatan Mental". Menurut Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap 10 Oktober diiniasi oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH) pada 1992. Dikutip dari laman National Today, WFMH yang saat itu dipimpin oleh Wakil Sekretaris Jenderal Richard Hunter, menciptakan Hari Kesehatan Mental Sedunia.
Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia baru mengangkat tema khusus pada 1994, dengan tema pertama "Improving the Quality of Mental Health Services throughout the World" atau "Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia".
Saat awal-awal diperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah momen bagi pemerintah, organisasi dan individu yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental untuk mengatur program yang fokus pada aspek perawatan kesehatan mental. Namun dengan adanya perkembangan waktu kali ini mental sangat penting. Pieper dan Uden (2006) mengatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan dan kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Melalui laman resminya, World Federation of Mental Health (WFMH) telah menetapkan "Make Mental Health & Well Being for ALL a Global Priority" atau "Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai prioritas global". Sebagai tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022. Tema ini dipilih berdasarkan pemungutan suara secara global, termasuk dari anggota WFMH, pemangku kepentingan, dan pendukung. Alasan mengapa tema ini dipilih karena ia memiliki makna kesejahteraan orang-orang dengan gangguan mental yang kurang beruntung. Dengan demikian, siapa pun dituntut harus peduli dengan kesehatan mental, apalagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Menurut Pandangan Islam
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw 'Ilmiah Nafsi (1970), membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya'), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya's), rakus (tama'), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd). Audzubillah semoga kita semua selalu dalam penjagaan dari sifat yang tercela dan terjaga dari penyakit jiwa. Penulis sepakat jika sebagian dari agama telah setuju untuk tidak mencela saudara seiman. Akan tetapi itu belum bisa di uraikan karena adanya beberapa faktor diantara lainnya keperluan stay up comedi kehidupan (untuk menyamarkan kata ke-dzalim-an).
Dokter kejiwaan bernama Ali ibnu Sahl Rabban al-Tabari. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang ditulisnya pada abad ke-9M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui "konseling bijak". Dimana dalam Al-Qur'an berbunyi :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS Ar Ra'd 13:28)
Jika di tafsirkan ayat tersebut cenderung medamaikan sebuah kegaduhan dalam mental itu sendiri. Secara jelas Islam itu agama yang damai dan tidak berlebih dalam hal apapun bercakapun ada batasnya supaya tidak menyingung seseorang tersebut.
Pengertian
Penyakit jiwa (psichoses) adalah kelainan kepribadian yang ditandai oleh mental dalam (profound-mental) dan gangguan emosional. Penyakit tersebut dapat mengubah individu normal menjadi tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat (abnormal). Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa individu itu kacau dan terganggu akibat tindakannya. Pada saat lain istilah demenia digunakan untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Kebanyakan semua penyakit jiwa ini disertai dementia (James D, Page. 1978:209).
Gejala Gangguan Mental
-Perubahan perilaku
-Perubahan mood
-Kesulitan berkonsentrasi
-Penurunan berat badan
-Penyakit diri sendiri
-Muncul beberapa masalah kesehatan
-Masalah yang intens
Faktor Penyebab
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pentingkah Kesehatan Mental?", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/lanjartriyono7459/63441164062a5835df5b6a42/pentingkah-kesehatan-mental
Kreator: Lanjar Triyono
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com